Saya Havidz Masnurillah, seorang guru Matematika di SMA Al Hikmah Surabaya, CGP Angkatan ke-6. Tulisan ini termasuk bagian proses belajar saya sebagai guru pembelajar. Setelah mempelajari modul 1.1 dalam program guru penggerak (PGP), selama ini ternyata ada yang terlewat dari perhatian saya tentang paradigma pembelajaran kepada siswa di kelas. Pertama, saya mengasumsikan bahwa setiap siswa jenjang SMA sudah memiliki kemandirian dalam belajar, termasuk mampu menggunakan strategi belajar yang baik. Dampak pandemi memang luar biasa pengaruhnya. Untuk itu pendekatan yang dipakai harus terus diperbaiki. Kedua, ketika menyajikan materi pembelajaran saya selalu berupaya untuk menggunakan metode yang bervariasi menurut anggapan pribadi. Padahal saya belum pernah memperhatikan kebutuhan siswa sesuai harapan mereka. Ketiga, fokus kegiatan pembelajaran masih berupa ketuntasan target kurikulum sehingga dirasa “dikejar waktu”. Saya merasa siswa di kelas juga belum sepenuhnya belajar matematika dari motivasi internalnya, sebagian malah merasa stres karena “tuntutan” belum bisa memenuhi target nilainya.
Dengan mengikuti PGP ini, saya tergugah untuk segera sadar dan bangkit untuk berbenah. Perlu diingat bahwa generasi era pandemi, mereka memiliki ketergantungan dengan teknologi informasi. Di era keterbukaan informasi, siswa sekarang mudah teralihkan fokusnya. Mereka lebih mudah mencari informasi dengan media digital, termasuk materi atau soal yang diberikan. Selanjutnya, saya harus memiliki peta kondisi siswa sehingga dapat menyesuaiakan kebutuhan siswa tersebut. C Caranya dengan membuat angket secara daring dan disebarluaskan kepada siswa untuk diisi melalui pranala akses.
Dalam pemikiran KHD, siswa disesuaikan potensi dan prestasi. Hal inilah
yang mendorong saya semakin tertantang untuk belajar mendalami filosofi
pendidikan sebagai buah pemikiran Bapak Pendidikan Nasional yaitu Ki Hajar
Dewantara (KHD). Siswa harus dilibatkan untuk menentukan kegiatan belajarnya
dengan harapan mereka lebih merdeka dalam mempelajari sesuatu. Ada tiga strategi yang akan saya
implementasikan di kelas. Pertama, saya akan melakukan asesmen
diagnostik di awal semester meliputi potensi, minat dan bakat, serta gaya
belajar siswa. Kedua, saya akan memainkan peran sebagai fasilitator
dalam pembelajaran di kelas. Saya bisa belajar menuntun siswa untuk mengambil
suatu keputusan dan menaggung risiko atas keinginan tersebut. Selain itu, saya juga
belajar menentukan solusi atas kendala yang ditemui. Ketiga, saya akan lebih
fleksibel dalam mengelola pembelajaran dan penilaian.
Demikian pemaparan hasil pemikiran pribadi ini, terima kasih sudah
berkenan untuk membaca tulisan ini dan memberikan respons positif. Siapapun Anda,
ayo kita semua bersama mewujudkan “Guru Penggerak, Indonesia Maju”. Semoga
bermanfaat.